Kasih Sayang : Antara Memberi dan Menerima

 

Kemarin aku sempet liat podcast Prilly Latuconsina, dan ada satu kalimat dia yang menurut aku mungkin relate banget dengan kebanyakan dari kita. Kurang lebih gini “Kita bisa memberikan sayang atau cinta kepada orang, tapi belum tentu kita bisa menerima rasa sayang atau cinta dari orang”. Dari kalimat itu aku pun mulai berfikir kembali, dan untuk saat ini aku mungkin juga setuju dengan statement tersebut.

Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena kembali lagi kita hidup dan tumbuh di lingkungan yang berbeda, kita menerima perlakuan yang berbeda dalam hal pemberian dan penerimaan rasa cinta atau kasih sayang. Contoh kecil, ada anak yang terlahir di lingkungan yang terbiasa untuk menunjukkan kasih sayang seperti pemberian kue ulang tahun dan dirayakan sedemikian rupa. Namun, ada juga anak yang terlahir di lingkungan yang tidak terbiasa dalam hal tersebut, tidak ada kue ulang tahun bahkan mungkin ada juga yang terkadang melewatkannya tanpa ada hal yang istimewa dan menjalani hari seperti biasa.

Mungkin ada yang berfikir hanya anak yang terbiasa menerima dan menunjukkan kasih sayang yang bahagia. Padahal kenyataannya tidak seperti itu, setiap anak pasti menerima kasih sayang, namun dengan cara yang berbeda. Jadi, ketika mereka bertemu dan tidak bisa mengerti satu sama lain, mereka merasa tidak disayangi. Ya dikarenakan energinya yang belum cocok. Disatu sisi anak merasa jika pemberian hadiah itu merupakan bentuk kasih sayang, sedangkan di satu sisi pandangan anak lainnya merasa tidak terbiasa untuk menunjukkan kasih sayang. Tapi bukan berarti mereka tidak sayang. 

Kita tidak bisa memungkiri bahwa lingkungan, perilaku orang disekitar itu sangat mempengaruhi terhadap perkembangan, pola pikir, sikap seseorang. Dan ya kita pun tidak bisa me-generalisasi sikap atau respon orang lain harus sama dengan respon kita. Contoh kecilnya tadi, kita mungkin bisa excited dengan perayaan ulang tahun seseorang. Tapi beberapa orang ada yang tidak pernah merasa dirayakan, tidak pernah merayakan dan lingkungan nya tidak begitu mendukung hal tersebut. Apakah kita bisa memaksakan dia harus se-excited kita ? pasti akan sulit.

Kasih sayang, rasa cinta atau ketulusan menurut aku adalah hal yang bersifat abstrak, sebuah perasaan yang tidak bisa disamaratakan dan dirasakan oleh panca Indera. Perilaku yang menurut kita adalah sebagai ungkapan rasa cinta, bisa saja menurut orang lain adalah tanda bahaya untuk mereka, dan kita tidak bisa mencegah pemikiran itu. Ingat ! reaksi yang mereka berikan adalah hasil dari banyak rangkaian kejadian dalam hidup mereka. Perilaku mereka atau kita adalah hasil dari berbagai eksperimen terhadap kejadian di hari-hari sebelumnya. Oleh karena itu, komunikasi yang baik dan pemahaman terhadap perbedaan ini sangat penting dalam hubungan antarindividu.

Mungkin penting juga untuk kita ingat dan pahami bahwa tidak ada cara yang benar atau salah dalam menunjukkan kasih sayang. Apa yang mungkin dianggap sebagai ungkapan cinta oleh satu orang, bisa jadi tidak berarti sama sekali bagi orang lain. Jadi, tak apa jika kita masih belum bisa menerima kasih sayang dari orang lain. Seiring berjalannya waktu, pasti nanti akan ada saatnya kita bisa menerimanya, pelan-pelan. Dan kitapun juga bisa untuk menunjukkan kasih sayang kepada mereka seperti apa yang didalam harapan mereka.

Kita harus menyadari bahwa proses untuk menerima kasih sayang dari orang lain bisa memakan waktu. Terkadang, pengalaman masa lalu atau trauma dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membuka diri terhadap cinta. Namun, seiring berjalannya waktu dan dengan dukungan yang tepat, individu tersebut dapat belajar untuk menerima kasih sayang dengan cara yang sesuai bagi mereka.

Akhirnya, menunjukkan kasih sayang dengan cara yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan orang lain juga merupakan langkah yang baik. Ini menunjukkan empati dan pengertian, yang pada gilirannya dapat memperkuat hubungan antarindividu. Jadi, ayo kita terus berusaha untuk memahami dan menghargai perbedaan dalam cara orang menunjukkan dan menerima kasih sayang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Cerita Word ke Dunia Literasi

Dari Gontor ke Bina Insan Mulia : Kembali Terpanggil oleh Filsafat