Dari Cerita Word ke Dunia Literasi
Inspirasiku tulisanku hari ini adalah Topik yang disampaikan Ayahanda K.H Imam Jazuli, Lc. MA saat pengajian subuh pagi ini. Yaitu, terkait literasi dan pentingnya membaca dari sejak kecil. Setiap kata yang beliau sampaikan benar-benar membuatku bernostalgia. Membaca bisa dikatakan adalah hobiku sejak kecil.
Aku beruntung, aku terlahir di keluarga yang mengedepankan pendidikan terutama saudara-saudaraku. Walaupun orangtua kami bukanlah sarjana. Aku selalu diajarkan untuk selalu belajar bahkan jika harus otodidak atau mandiri dikarenakan keterbatasan finansial. Aku masih ingat bahwa buku yang pertama kali aku baca bukanlah buku yang memiliki judul atau diterbitkan oleh penerbit. Melainkan kumpulan cerita yang ditulis di word, kemudian dicetak selayaknya ukuran buku sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana.
Itulah awal mula aku tertarik untuk membaca buku, walaupun hanya berisi kata-kata bahwa tanpa warna lain selain warna hitam dan tidak ada gambar sama sekali. Tapi setiap kata yang tertulis mampu untuk membawaku menyukai dunia tersebut. Setelah masuk Gontor, hobi membaca tetap aku lanjutkan bahkan berkembang. Dari yang awalnya hanya bisa membaca buku cerita, aku pun mulai beralih ke buku bacaan dengan genre self-development atau kamus bahasa lain.
Berbicara tentang buku, aku teringat saat dimana kakakku berpesan, bahwa aku diperbolehkan untuk beli buku baru hanya jika buku yang sebelumnya dibeli sudah diselesai dibaca dan aku mampu menerangkan kembali isi buku tersebut. Karena itulah setiap sebelum menentukan buku mana yang akan dibeli, aku benar-benar memikirkannya ribuan kali apalagi kesempatan untuk membeli buku hanya 1 semester sekali.
Buku, aktivitas membaca bisa dikatakan adalah bagian dari hidupku. Flashback juga saat aku di pesantren. Perpustakaan adalah salah satu comfort zone yang lumayan sering aku kunjungi. Karena apa ? ruangan yang ber-ac dan banyaknya buku serta alunan musik santai yang membuat kami betah untuk berlama-lama disana hehe. Apalagi jika dompet sudah menipis, atau sedang puasa. Perpustakaan adalah tempat yang tepat untuk menghabiskan waktu istirahat, bahkan dulu rela berdesakan untuk masuk ke perpustakaan karena selalu ramai dikunjungi oleh para santri.
Waktu terus berjalan, begitupun hobi ini. Apalagi di Pesantren Bina Insan Mulia. Mengetahui bahwa di novel diperbolehkan disini, jujur aku sedikit iri hehe. Berbeda dengan dulu saat aku mondok, untuk bisa membaca novel aku harus main petak umpet dengan bagian keamanan. (harus ditiru atau tidak, terserah aja yaa hehe).
Alhamdulillah sekarang aku tidak perlu menunggu akhir semester lagi untuk mendapatkan buku baru, bahkan bisa membeli wishlist book aku sendiri. Namun, aturan tidak membeli buku baru sebelum buku sebelumnya aku selesaikan tetap aku terapkan. Hal ini aku lakukan supaya aku benar benar bisa menyelesaikan buku yang sedang aku baca sampai tuntas. Walaupun terkadang aturan ini aku langgar karena bukunya terus bersliweran di fyp, hehe.
Salah satu harapanku adalah membumikan budaya membaca, tidak peduli kalian bisa menulis atau tidak, yang terpenting adalah kalian bisa dan kuat untuk membaca. Tidak mesti harus membaca buku ensiklopedia, mulai dari yang paling mudah dan ringan dulu saja seperti komik, buku cerita pendek. Untuk bisa membaca berjam-jam perlu dilakukan latihan yang tidak sebentar. Bahkan di masa sekarangpun aku terkadang memiliki masa dimana aku bosan dan tidak kuat untuk membaca, bisa karena bahasa yang sudah terlalu tinggi dan memerlukan waktu untuk bisa lebih paham atau mata yang kadang sudah lelah. Namun rasa ingin tahuku terkait isi di halaman selanjutnya lebih besar, dan rasa itu bisa kalian dapatkan jika kalian mulai membaca. Kapan waktu terbaik untuk membaca ? Sekarang.
Komentar
Posting Komentar